“Kubaca lagi tulisanku ketika 22 Desember yang lalu, ini untuk ibu yang telah berpulang kesana. Sebenarnya lebih cocok untuk di publish ketika hari ibu sih, tapi nunggu hari ibu kelama’aaaan. Bagiku tiap hari itu boleh di sebut sebagai hari ibu. Kapanpun dimanapun Ibu selalu ada disini *sambil nepuk dada*. Semua orang punya ibu, tapi entah apakah beliau masih di dunia ataukah sedang menuju syurga. Tulisan ini kudedikasikan untuk para semua para Ibu yang luar biasa”

Singkat sekali malam ini, terlewatkan sekejap saja dengan kedua mata terkatup dan badan dijarah hawa dingin. Sejenak pikiran ini tertuju pada angka 22 Desember 2012. Ku pikir kiamat sudah terjadi, tapi setelah kucubit pipi ini dan kugosok-gosok telapak tangan diwajah ini ternyata semua masih terasa seperti biasanya. Kehidupan ini masih memberikan hawa segar untukku pagi ini. Hmm, mungkin suku Maya memberikan prediksi yang salah. Dasar isu 2012. Itu lho, isu kiamat 2012, semua orang pada panik tapi kenyataannya "it's nothing" hehe. #lanjut

Kulihat sekeliling ruang kamarku, semua tampak biasa saja. Kokok ayam yang nyaring dari kandang sebelah rumahku juga lantang terdengar masuk melalui telingaku, langit biru, awan putih, hangat mentari, semua begitu setia sampai detik ini dan semua terasa seperti biasanya. Tapi satu yang memang terasa tidak biasa. Hari ini adalah hari ibu, hari yang memberikan banyak arti untuk mereka para ibu dan calon ibu-ibu luar biasa.

*duduk di atas kasur* Di atas bed inilah biasanya sosok yang sangat kucinta dan kusayang yang biasa kupanggil ibu, dia merebahkan badannya beristirahat dibalik senyum lembutnya. 22 Desember di tahun lalu aku masih bisa mencium tangannya, pipinya dan mengucapkan “selamat hari ibu”, sejenak senyum 10 centi menyilang dari wajah sosok ibuku yang kemudian kita lanjutkan dengan bergurau dan bercanda. Tapi hari ini berbeda, ini adalah hari Ibu yang kulewati tanpa kehadiran sosok ibu dihadapanku. Sebuah lagu mengingatkanku moment kebersamaanku bersamanya, “ teringat disaat kita tertawa bersama hapuskan semua sedih dihati” *peterpan*.

Semua berlalu begitu saja, tanpa terasa sudah menginjak 2 bulan aku berjalan tanpa ditemani sosok ibu. Begitu berat rasanya kala kepergian sang Ibu untuk selamanya, “Ibu, mengapa engkau tidak pamit kepadaku, tiba-tiba kau berangkat pergi dan menutup mata untuk selamanya”.
Begitu berat awalnya melepas kepergianmu, dan kini aku hanya bisa berdoa untukmu dan berusaha menjadi anak yang engkau Impi-impikan. Aku ingin bisa berjumpa denganmu ibu, walau hanya dalam mimpi, ingin kembali melihat senyum lembutmu, mencium tanganmu, memelukmu, bahkan mungkin bergurau denganmu walau satu malam saja.

Segalanya kau berikan padaku, demi kebaikanku dan para adikku. Tanpa ada yang kau kecualikan. Aku tahu, itu semua adalah bentuk rasa cintamu kepada kita, anak-anakmu. Dan aku tahu banyak hal darimu. Aku bisa membaca dan mengenal tentang dunia disekitarku yang kini mengantarku menjadi lebih tahu tentang kehidupan ini, ini semua berkatmu.
“Aku tahu satu hal, ternyata Cinta ibu itu: Tanpa syarat dan ketentuan berlaku, ndak kayak Operator Seluler”, abadi mengalir didalam darah nadi ini. Meskipun kau sangat jauh disana, tapi pancaran cintamu begitu terang didekat jiwaku ini.

Di tanggal 19 Oktober 2012 adalah hari engkau bersandar dibalik batu nisan yang mengantarkanmu menuju alam yang kekal. Hari dimana aku melihat senyummu yang terakhir kalinya sebelum hembus nafas terakhir mengisyaratkan tanda keberangkatanmu. Semoga engkau mendapatkan tempat yang layak disana dan mendapat ketenangan abadi disana. Segala urusan di dunia sudah bukan lagi bebanmu. Kami, anak-anakmu sudah semakin beranjak tumbuh. Jangan khawatir, kami sudah siap menjalani tantangan di dunia ini, menghadapi apapun di depan kami.

Ibu, aku rindu, aku ingin curahkan isi hatiku bersamamu seperti biasanya. Ibu, aku kangen masakanmu yang kau sajikan ketika aku pulang dari bekerja. Aku berdoa untukmu ibu.

“Ibu, ada dan tiada dirimu kan selalu ada di dalam hatiku”, selamat jalan ibu…
“Selamat Hari Ibu”
*kecup foto ibu*

Untuk Ibuku tercinta: Nuriyati (alm)

Hamerdin Loving You Always